HINGGA AKHIR MASA

Angin dingin menyeruak masuk lewat kisi-kisi jendela,ditengah ruangan lampu lentera yang minyaknya tinggal setetes tinggal menunggu waktu untuk padam, aku tak perduli jika lentera itu padam, kegelapan lebih baik bagiku agar aku bisa semakin menyelami kekosongan ini. Suara gerimis membentuk irama ritmis menghadirkan sepi yang terlalu,tenggorokanku terasa kering sejak tadi tapi aku malas bangkit dari kursi malasku. Aku terlalu sayang untuk meninggalkannya walau sedetikpun jika tidak terpaksa, bahkan jika aku ingin buang air besarpun selalu kutahan sampai aku tidak kuat barulah aku bangun dari kursiku. Terlalu sayangnya aku pada kursi ini hingga walau sudah reot pun aku tidak rela memusiumkannya. Bagaimana aku tidak sayang pada kursi ini jika hampir selama tiga puluh tahun dia yang selalu setia menemaniku, menghiburku dengan nyanyiannya yang berderit seperti pekikan tikus tapi bagiku sangat merdu,walau kursi ini sangatlah tua setua tubuhku yang makin renta tapi bagiku kursi inilah yang paling bagus di dunia.lamunanku terganggu karena aku merasa tenggorokanku gatal dan aku batuk-batuk kecil , kulihat ditelapak tanganku ada merah darah,aku tersenyum aku bahkan merasa penyakitku adalah karunia tidakkah aku sinting. Cahaya lampu minyak itu akhirnya padam , aku justru merasakan kedamaian yang luar biasa,jam dinding berdentang sembilan kali masih terlalu sore untuk pergi menemui wajahnya dalam mimpi.kursiku yang setia semakin menjerit – jerit seperti tikus terjepit,mungkin dia sudah lelah atau tidak kuat lagi menahan berat bebanku. Sekilas cahaya kilat menerangi kegelapanku menyilaukan pandanganku dan kulihat dia disana, diambang pintu melambaikan tangan padaku. Aku segera bangkit dari kursiku hanya dialah yang sanggup membuatku rela beranjak dari kursi ini.
            “kak Arman ……….”sapaku riang.ia tersenyum lembut, senyum yang mampu membuatku terjaga tiap malam hanya untuk memikirkannya. Ia menarik –narik kepangku dengan gemas.
            “ayo, aku ingin mengajakmu kesuatu tempat.”ajaknya sambil menarik tanganku. Dalam genggaman tangannya yang kukuh aku merasa sangat terlindungi hingga tanpa banyak bertanya aku mengikuti ajakannya. Bersepeda bersama kami menyusuri jalanan desa, dikiri kanan sawah dan hutan yang menghijau memanjakan mata. Hari-hari selalu indah bagiku bila kak Arman disisiku.kami sampai disebuah danau, airnya yang jernih merayuku untuk mandi disana. Kak Arman yang mengetahui niatku mencekal lenganku dan memandangku lembut. Aku paham maksudnya ia tak mengizinkan aku melaksanakan niatku.kak Arman menarik tanganku dan mengajakku duduk di tepi danau. Sekawanan burung walet tampak melintas disebarang danau. Memang tak jauh dari sini ada gudang walet milik seorang taoke cina, Babah Hao namanya orangnya sangat lucu dan juga sangat baik anaknya cantik-cantik dan imut-imut umur sisulung masih sekitar 5 tahun dan yang bungsu 2 tahun. Ibunya sering menitipkan mereeka padaku jika sedang berbelanja kekota , aku senang saja karena mereka anak yang baik dan lucu-lucu lebih penting lagi karena jika istri Babah Hong pulang dari belanja ia akan membawa oleh-oleh banyak dan aku kebagian juga plus ditambah upah menjaga anaknya.
            “kau melamun Ras ?” aku menoleh pada kak Arman terkejut.
            “habis kakak diam saja sih dari tadi.”
            “sebenarnya aku mau mengatakan sesuatu padamu Ras.”
            “apa itu kak?”
            “besok aku harus kekota, disana belanda sudah hampir merebut wilayah kita, semua pemuda harus maju berperang.”
            “tapi kak, kakak akan meninggalkanku ?”
            “maafkan aku Ras, ini demi negara kita.”
            “aku tidak mau kakak pergi, tapi demi negara kita harus mengenyampingkan kepentingan pribadi. Kakak harus berjanji kakak harus pulang dengan selamat.”
            “terima kasih Ras atas pengertianmu, aku berjanji aku akan pulang dengan selamat, aku akan melamarmu .”aku mengangguk haru.





            “selama ini dihatimu adalah rumah terindah bagiku, aku berharap jika aku kembali nanti pintu rumah itu masih terbuka dan aku bisa kembali pulang dalam kedamaian istanamu.”
            “pintu rumah ini akan tetap terbuka sampai kakak kembali disini.”
            “aku bahagia Ras, bisa memilikimu bisik Arman lirih . aku mengangguk tulus , ia merengkuh bahuku lembut membuatku merasakan kedamaian yang selalu kurasakan bila bersamanya. Matahari telah rebah dibarat , ia bagai bola raksasa yang ditelan kedalaman danau, cahayanya merona merah menghadirkan haru yang terlalu.Walet- waletpun telah pulang kesarangnya mencari kedamaian disarangnya yang bagi Babah Hong adalah tambang emas.                      
            Langit masih remang- remang ketika kulepas kepergian Kak Arman disubuh yang beku , kak Arman menatapku tanpa kata-kata. Kulihat sepasang bola matanya yang teduh itu berkaca-kaca. Tanpa berucappun aku tahu betapa beratnya ia meninggalkanku.
            “pergilah kak demi bangsa kita, kau harus berjanji pulang dengan kemenangan. Ingatlah saat kau dalam kegelapan ada aku yang akan menerangi setiap jalan yang kau lalui.”
            “terima kasih Ras, dengan cahaya di hatimu pasti akan menuntun langkahku kembali padamu.”untuk terakhir kali kugenggam tangannya, betapa berat kulepaskan sepasang tangan yang kokoh itu. Kutatap Truk yang membawanya pergi bersama pemuda- pemuda desa lain dengan airmata bersimbah hingga hilang dari pandanganku. Aku masih terpaku saat kusadari dia telah benar-benar pergi bersama dengan terbitnya sang fajar dari balik bukit. Kupandangi sekelilingku yang tadi ramai oleh para pengantar sanak saudaranya atau bahkan kekasih, suaminya maju berperang telah sepi, mereka kembali kerumah masing-masing. Aku melangkah pergi dari tempat itu denagn gontai.
            Sebulan , dua bulan hingga satu tahun tak pernah kudengar kabar Kak Arman, hatiku risau memikirkan keselamatannya. Jika ia tewas mengapa tak ada yang datang memberi kabar seperti halnya Hudi yang tewas 3 bulan lalu. Jika ia masih hidup kenapa ia tak berkirim kabar padaku misalnya pada orang yang datang memberikan kabar tentang kematian Hudi.tapi aku takkan lelah menunggunya aku masih disini menunggu sampai ia kembali lagi dengan bendera kemenangan ditangannya yang kokoh. Selama kurun waktu itu telah banyak yang terjadi, Babah Hong yang dulu paling kaya dikampung ini telah tewas tertembak dikota, jepang rupanya sangat membenci kaum Cina karena menurut berita yang kudengar lewat radio usang milik kantor desa dinegerinya yang juga dijajah jepang timbul pemberontakan besar- besaran pada militer jepang . Istrinya beserta kedua anaknya yang cantik-cantik menghilang bagai ditelan bumi. Mereka satu-satunya tempatku menghibur diri bila kerinduan pada kak Arman menyerangku, kini kehilangan tempat untuk melupakan sementara kerisauanku.Tanggal 17 Agustus 1945 adalah hari yang paling bersejarah bagiku juga bagi bangsa ini. Pagi itu kulihat banyak orang berduyun- duyun kekantor desa. Aku memanggil Wati yang kulihat juga ikut berlari diantara orang – orang itu.
            “ada apa Wat, kenapa banyak orang kekantor desa?”
            “ayo ikut, kabarnya ada siaran proklamasi kemerdekaan di radio, jepang sudah menyerah pada sekutu.”
            “proklamasi kemerdekaan ?” tanyaku tak percaya, aku hanya bisa memandangi kepergian Wati dengan masih tak percaya. Jika Indonesia telah merdeka lalu mengapa kak Arman belum kembali. Tak terasa langkahku ikut berlari menuju kantor desa. Sepanjang jalan kudengar pekik kemerdekaan. Jadi berita itu pasti benar.
            “kenapa baru datang ? beritanya sudah selesai.” Sapa Wati yang melihat kedatanganku.
            “apa benar kita sudah merdeka Wat ?” tanyaku masih tak percaya.
            “ya ampun jadi sejak tadi kau masih belum percaya? “ Wati meninggalkanku bergabung dengan keriuhan masa yang bergembira menyambut kemerdekaan. Tapi mengapa hatiku merasa begitu kosong.
            Indonesia memang telah merdeka tapi kak Arman masih belum kembali kesisiku, aku terus menunggunya diambang pintu berharap sosoknya muncul dari ujung jalan  membawa kembali separuh nafasku yang telah ia bawa pergi setahun lalu. Namun hingga ribuan senja kulewati hanya untuk menunggunya , air matakupun telah kering untuk menangisinya bahkan ketika kedua orang tuaku meninggal tak ada lagi airmata yang tersisa untuk menangisi mereka namun sosok yang kunanti-nanti tak kunjung datang. Selama itu entah berapa banyak uluran cinta yang lain kutolak semata karena aku percaya cahayaku akan menerangi langkahnya kembali pulang kesisiku.




 Namun hingga hari ini kak Arman tak kunjung datang tak pernah sekalipun kudengar kabarnya bahkan kabar kematiaannya sekalipun. Rambutku pun telah berubah warna memutih digerus waktu, aku tetap dalam kesendirianku aku sebatang kara menjalani hidup, namun sampai ajal menjemputkupun aku takkan lelah menantinya kembali, semua ini karena aku percaya bahwa ia akan kembali.
            “kenapa gelap sekali.” Aku tersadar dari lamunanku ketika sebuah suara kudengar dalam kegelapan, lalu kudengar derit pintu tua yang dibuka paksa. Cahaya korek dinyalakan orang yang baru datang itu menerangi ruangan sempit ini. Dan aku terpaku melihat sosok- sosok yang berdiri didekat pintu. Dua orang wanita yang cantik, aku tak mungkin lupa pada mereka walau berpuluh tahun tak bertemu dan terakhir bertemu mereka masih kecil. Mereka kedua putri Babah Hong.
            “mbak Rasti ini kami.” Sapa mereka berdua lalu menghambur memelukku sambil menangis. Aku tak kuasa menahan airmataku.
            “May, Elen kaliankah ini?”
            “mbak Rasti tidak melupakan kami, selama ini kami selalu mencari kabar mbak Rasti tapi tak pernah berhasil. Ibu juga telah meninggal dan sebelum meninggal ia tak berhenti mencari kabar Mbak, beliau juga berpesan agar mencari Mbak. Sayang beliau meninggal sebelum sempat bertemu Mbak.” Aku hanya bisa terisak mendegar kata-kata May, lidahku terasa kelu diliputi keharuan yang luar biasa.
            “sejak Ayah tewas ibu membawa kami pulang ke Cina dan memulai hidup baru, tapi kami tak pernah bisa melupakan Mbak Rasti.” Sambung Elen.
            “anak-anak Mbak sangat bahagia bisa melihat kalian lagi, kini kalian sudah dewasa dan cantik mana cucu-cucu untukku.”
            “mereka tidak kami bawa takutnya kami tak bisa menemukan Mbak, kami berjanji kami akan membawa mereka kesini.”
            “kalian saja yang datang sudah lebih dari cukup bagiku.”
            “kenapa Mbak sendirian, anak-anak Mbak mana?”

            “jangan panggil aku Mbak lagi, aku sudah terlalu tua di panggil Mbak, aku tidak punya anak menikah saja aku tidak.”
            “Mbak tidak menikah kenapa?”mereka tampak terkejut.
            “aku menunggu Kak Arman, dia telah berjanji akan datang melamarku saat kembali dari medan perang.”
            “ya ampun Mbak, selama Berpuluh tahun Mbak menunggu Kak Arman yang tak tahu dimana rimbanya, cinta Mbak benar-benar sejati.” Ucap May terkejut.
            Hari senjaku kulewati bersama anak –anak ini terasa amat membahagiakan bagiku, mulanya mereka mau mengajakku ke Cina tapi aku menolak aku masih ingin disini menunggu kak Arman kembali, kalaupun ia tak kembali aku ingin meninggal disini di tanah kelahiranku.Malam telah larut, aku memejamkan mataku damai, aku bahagia dengan mereka disampingku, derit kursi malas memecah keheningan malam, kupandangi wajah mereka yang terlelap dalam damai.
            “terima kasih anak-anak.” Bisikku haru . kembali kupejamkan mataku, kak Arman memang tak pernah kembali sampai akhir hayatku tapi aku bahagia bisa bertemu dengan mereka lagi.
            “selama ini dihatimu adalah rumah terindah bagiku, kuharap saat aku pulang nanti pintu rumah itu masih terbuka dan aku bisa kembali kedalam kedamaian istanamu.” Kembali terngiang kata-kata kak Arman 30 Tahun lalu, namun hingga kini pintu itu masih belum tertutup tapi kak Arman tak pernah pulang. Apakah ia telah menemukan rumah lain yang lebih indah? Pertanyaan itu membuat hatiku begitu kosong dan nelangsa.
            “kak Arman aku masih disini.”desahku beku.

                                                                     SELESAI

0 komentar:

Posting Komentar

Cingudeul Jangan Lupa tinggalkan Komentarnya ya, biar admin semakin semangat nge Blog ^_^

 
Widipedia Korea © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top